Entri Populer

Sabtu, 04 Desember 2010

hanya berbagi, demi kebaikan lebih besar

Mungkin artikel dari majalah Gatra ini sudah lama (Agustus 2008), akan tetapi menurut aq masih menarik untuk didiskusikan. Karena bila melihat fakta dan realitas yg ada di negara kita...
berikut artikelnya :
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tylla Subijantoro, mahasiswi S-2 ilmu hukum Universitas New Delhi, India,tiba-tiba mencuri perhatian. Pertanyaan Tylla kepada Presiden Yudhoyono kononmembuat SBY marah. "Saat berdialog dengan masyarakat Indonesia di India,ada warga yang sejak mulai bicara sampai selesai menjelek-jelekkan negeri kitadan memuji luar negeri. Saya menyesalkan," kata SBY di Tanah Air.
Apa yang ditanyakan Tylla kepada SBY pada pertemuan 23 November lalu itu?Berikut petikan perbincangan Tylla dengan Basfin Siregar dari Gatra:
Benarkah Anda menjelek-jelekkan bangsa sendiri?
Saya tidak terima dibilang menjelek-jelekkan bangsa! Yang saya jelek-jelekkan itu pemerintah. Saya membandingkan kebijakan Pemerintah India dengan SBY. Saya lihat Pemerintah India memberi subsidi gede banget untuk pendidikan. Adalah salah pemerintah kalau pendidikan di Indonesia makin nggakterjangkau!
Berapa uang kuliah Anda di India?
Untuk program S-2 dua tahun, saya cuma bayar US$ 600, sekitar Rp 6 juta. Itusudah all-in, sudah admission fee dan tuition fee. Tinggal mikir biaya hidup.Dan biaya hidup di Delhi sama dengan di Jakarta. Uang US$ 600 itu pun karenasaya foreigner yang bayar lebih mahal. Soalnya, duit saya itu dipakai buatsubsidi warga India asli. Kalau orang India yang kuliah, setahun bayarnya cuma700 rupee, sekitar Rp 40.000.
Bagaimana dibandingkan dengan biaya di Indonesia?
Tahun lalu, saya mendaftar program notariat. Untuk semester pertama sajahabis Rp 50 juta.
Anda kaget ketika SBY marah?
Sebenarnya SBY marah bukan karena pertanyaan saya. Melainkan karena waktuSBY ngasih penjelasan, eh, saya malah bisik-bisik ke teman. Saya bilang, ''Ah,SBY mau ngomong apa, nyatanya anaknya disekolahin ke luar negeri juga. Berartidia setuju pendidikan di luar negeri bagus.''
Reaksi SBY bagaimana?
SBY sepertinya menganggap saya anak yang kaget. Baru sekali sekolah di luarnegeri, kok, sudah sombong banget. Soalnya, SBY bilang bahwa dia sudah sembilankali sekolah di luar negeri, dan pendidikan di Indonesia nggak jelek. Tapikenyataannya, di ranking dunia, pendidikan Indonesia kan nggak masuk?
Ketika dibentak, reaksi Anda sendiri bagaimana?
Saya senyum aja, terus diem nunduk-nunduk, manggut-manggut minta maaf. Terussaya perhatikan lagi. Tapi saya bisik ke teman itu cuma beberapa detik aja kok.Sepanjang sebelumnya saya juga memperhatikan penjelasan SBY.
Seperti apa jawaban SBY waktu menjawab pertanyaan Anda?
Ya pokoknya pemerintah sudah bekerja, bahwa pendidikan di Indonesia tidakjelek. Pendidikan di luar negeri ada yang bagus, tapi ada juga yang lebih jelekdibanding di Indonesia. Begitu. Terus waktu menjawab soal buku-buku murah, SBYbilang kalau pemerintah juga sudah menyiapkan content (materi) untuk buku-bukuSD, bagaimana agar bisa kepake untuk sekian generasi. Teknis begitu. Itu kannggak nyambung dengan apa yang saya sampaikan.
Seperti apa subsidi pendidikan di India?
Di sini, buku murah luar biasa, bahkan buku-buku impor karena pemerintahmemberi subsidi kertas! Selain itu pemerintah juga bikin kerja sama denganpenerbit-penerbit gede kayak Penguin Books agar buku-buku mereka bisa dicetakdi India, jadi bisa dijual lebih murah. Buku-buku kuliah saya, kalau dikonversike rupiah, paling mahal cuma Rp 10.000. Kalau di Indonesia, saya bisa keluarsampai Rp 2,5 juta untuk beli buku saja. Dan karena subsidi kertas itu, hargalangganan koran juga murah. Saya itu langganan satu koran, satu majalah beritasemacam Gatra, dan satu majalah wanita. Nah, untuk langganan tiga media itu,sebulannya saya cuma bayar 110 rupee, atau sekitar Rp 22.000. Selain itu diIndia, pelajar dapat fasilitas kartu abonemen yang harganya cuma 50 rupee, atausekitar Rp 10.000, yang berlaku selama empat bulan. Dengan kartu pas itu,selama empat bulan kita bisa gratis naik bis pemerintah jurusan apa aja. Maukeliling-keliling Delhi juga boleh. Meski bisnya bobrok, tapi nyaman.Berhentinya juga cuma di halte. Kartu abonemen itu selain untuk pelajar, jugadikasih untuk pegawai negeri, tentara, orang jompo dan physically disabled(orang cacat). Itu untuk transportasi.
Tidak takut dianggap melebih-lebihkan India?
Lho, justru karena saya cinta bangsa Indonesia, saya ingin pemerintahbelajar kepada India. Orang Indonesia itu pintar-pintar(bayangin aj, tiap tahunpasti dapet medali emas, perak, n perunggu, jga juara umum di olimpiade2 sainstingkat dunia). Tapi, soalnya, pemerintah tidak bisa memfasilitasi pendidikanmurah. Para insinyur di India mampu bersaing untuk masuk di Microsoft.Sedangkan di Indonesia hanya beberapa orang saja yang beruntung. Maka tolonglahpemerintah bikin agar pendidikan itu affordable.
Tapi, pendidikan di Indonesia kan ada juga bagusnya?
Kalau mau jujur, infrastrukturnya Indonesia lebih bagus. Di kampus sudah adalift, whiteboard, pakai OHP. Kalau di sini enggak. Naik dari lantai I ke lantaiIV masih manual, masih pakai kapur tulis, terus nggak ada AC. Tapi, kalaukualitas content-nya, kita kurang.
Kalau pengajarnya bagaimana?
Kalau di India enaknya, dosen-dosen itu bisa dihubungi kapan saja. Kayak Amartya Sen, peraih nobel, kalau mahasiswanya minta diskusi private session,masih dilayanin. Nggak susah. Bahkan presidennya sendiri, Abdul Kalam, dia jugamengajar, dan masih bisa ditelepon! Saya pernah bareng mahasiswanya makan malambareng Abdul Kalam. Saya lihat Abdul Kalam itu dikritik mahasiswanya yang orangIndia, ditunjuk-tunjuk gitu, dia nggak marah kok. Masih santai aja.
Setelah pertemuan dengan SBY itu, apakah Anda ditegur, misalnya oleh orang KBRI?
Ah, nggak. Orang KBRI itu asyik-asyik. Yang ribut itu justru pegawai negeri(dari Indonesia) yang tugas belajar ke India. Mereka pada marah. Dibilangnyasaya itu anak itik yang baru keluar dari induknya, kaget. Padahal saya kan jugabukan baru pertama kali ke luar negeri. Sebelumnya saya kan juga sempat ikutsummer course atau homestay gitu. Tapi kan nggak kompatibel kalau membandingkanIndonesia dengan negara-negara maju. Makanya dibandingin dengan India.
sedih juga baca nih artikel, tapi saya nggak ada maksud menghina atau apapun namanya itu ya..
be positive thinkers, pals.... :)
cuma jadiin referensi aj bwt temen2, klo emang nanti qt ditakdirkan untuk sukses (amin ya Rabb), bangunlah bangsa ini dengan baik, bermoral, dan bermartabat...
apalagi bwt temen2 yang lagi study di kampus dengan hubungan secara langsung atau  nggak langsung sama pemerintah, wajib tuh hukumnya untuk membangunbangsa ini..
jangan lagi ada kata2 Nepotisme dalam penerimaan mahasiswa, jangan lagi ada kucing2an, n jangan jga beli kucing dalam karung...
yang saya tau, dalam pasal atau apapun itu UU nya, pendidikan kan terbuka untuk semua golongan...
:)
MERDEKA!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar